4 agustus 2012


Bekal Abadi Ke Akhirat


Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Waktu mengalir begitu cepat. Menit demi menit yang tak terasa, jam demi jam yang seperti berkejaran, lalu bergantilah hari demi hari, hingga kini kita berada di hari Jum'at. Maka patutlah kita bersyukur kepada Allah SWT, Rabb yang telah menganugerahkan semua nikmat. Nikmat Iman, Islam, dan juga fisik yang sehat yang dengannya kita mampu menghadiri shalat Jum'at.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Jum'at adalah hari yang agung. Dalam terminologi hadits, Jum'at disebut sebagai Sayyidul Ayyam: rajanya hari. Hari Jum'at adalah hari terbaik, di mana pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum'at. Dalam riwayat yang lain kita mengetahui bahwa keistimewaan hari Jum'at adalah karena banyaknya keutamaan pada hari itu. Diantaranya adalah waktu yang mustajabah, diantaranya ketika khatib duduk diantara dua khutbah, diampuninya dosa dengan shalat Jum'at, dan juga keutamaan membaca surat Al-Kahfi pada hari ini.



Ketika Al-Qur'an atau hadits menyebutkan hari, maka yang dimaksudkan adalah hari menurut perhitungan qamariyah atau kalender hijriyah. Yaitu dimulai matahari terbenam, hingga matahari terbenam esok harinya. Atau dari Maghrib ke Maghrib. Bukan dari tengah malam seperti dalam kalender masehi.

Maka membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at berarti waktunya terbentang antara Maghrib pada Kamis malam Jum'at hingga Jum'at sore sesaat sebelum Maghrib. Artinya, bagi kita yang belum sempat membacanya, masih ada kesempatan untuk hari ini hingga sore nanti



Ayat 46 dari surat Al-Kahfi ini menunjukkan kepada kita, mengingatkan bahwa sesungguhnya harta dan anak adalah perhiasan dunia. Keduanya bukan segala-galanya. Namun betapa banyak orang yang tertipu oleh harta. Merasa bahwa harta adalah hal yang paling berharga, yang mampu menjamin masa depan dan kemuliaan. Hingga banyak orang yang terjerumus dalam dosa karena memburu harta dengan cara yang haram. Atau tertipu dengan harta yang telah diperolehnya hingga ia tak lagi mempedulikan Allah yang Maha Pemberi rezeki. Syukur tidak ada, justru kufur yang dipelihara. Maka Al-Qur'an pun menunjukkan kesudahan orang-orang seperti Qarun, yang takabur dengan hartanya. Kekayaannya yang sangat besar, hingga kunci istananya tak mampu dipikul unta justru membuat ia celaka. Qarun beserta hartanya akhirnya ditelan bumi. Barangkali dari sinilah, orang-orang ketika menemukan harta dari dalam tanah menyebutnya sebagai harta karun.

Comments

Popular posts from this blog

PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA SAAT INI

pasal-pasal yang tidak diamandemen