caramah idul fitri
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Bulan yang penuh berkah dan kemulian, bulan ramadhan, telah melewati kita. Bulan penuh ampunan dan maghfirah telah memotong umur kita pada tahun ini untuk kembali pada tahun berikutnya. Bisa jadi, kita masih bertemu dengan bulan ini pada tahun berikutnya, namun tidak menutup kemungkinan, ramadhan lalu adalah ramadhan terakhir yang kita lakukan di dunia ini.
Di hari yang mulia ini, Idul Fitri, marilah kita muhasabah dan introspeksi sejenak. Kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Sebuah pertanyaan, “Ramadhan ke berapakah ramadhan kemarin sejak kita menginjak dewasa?” Jawabannya memang sangat bervariasi, bisa satu, dua, tiga…….lima, sepuluh, belasan, bahkan yang ke sekian puluhan kali. Dan pertanyaan selanjutnya, pertanyaan yang terpenting, “Apakah kita sudah mampu menjadi produk ramadhan ? Sudahkah amalan yang kita kerjakan pada bulan ramadhan berbekas dalam diri kita pada bulan-bulan setelahnya? Untuk menjadi insan-insan yang bertakwa.
Karena itulah sangat penting bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat orang yang bertakwa. Penting sebagai muhasabah kita. Apakah ramadhan kita yang lalu betul-betul mencetak karakter dan sifat takwa dalam diri kita ataupun tidak. Diantara sifat-sifat Muttaqin yang disebutkan Allah terdapat dalam surat adz-Dzaariyaat :15-19. Allah swt berfirman,
Karena itulah sangat penting bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat orang yang bertakwa. Penting sebagai muhasabah kita. Apakah ramadhan kita yang lalu betul-betul mencetak karakter dan sifat takwa dalam diri kita ataupun tidak. Diantara sifat-sifat Muttaqin yang disebutkan Allah terdapat dalam surat adz-Dzaariyaat :15-19. Allah swt berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ {15} ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ {16} كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ {17} وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ {18} وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ {19}
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.”
Di dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan tiga ciri orang bertakwa; yaitu (1) gemar shalat malam, (2) beristighfar di waktu sahur dan (3) memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin papa.
Di dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan tiga ciri orang bertakwa; yaitu (1) gemar shalat malam, (2) beristighfar di waktu sahur dan (3) memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin papa.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd
Jama’ah shalat iedul fitri rahimakumullah….,
Sifat orang bertakwa yang pertama adalah (كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Artinya, orang yang bertakwa adalah orang yang gemar shalat malam.
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga pernah bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kalian kepada Allah, menjaga diri dari dosa, menghapus kesalahan dan menghilangkan penyakit dari tubuh.” (HR. at Tirmidzi, Ahmad, al Baihaqi dan al Hakim).
Teladan paling agung dalam masalah ini adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri. Suatu hari… Atha’, ‘Ubaid bin Umair dan Abdullah bin Umar bertamu ke rumah Ummul Mukminin -Aisyah, salah satu istri Rasululloh tercinta. Abdullah bin Umar pun bertanya kepada ibunda Aisyah, “Wahai ibunda, dalam kehidupan Rasululloh, kejadian apakah yang paling menakjubkan ?.”
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga pernah bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kalian kepada Allah, menjaga diri dari dosa, menghapus kesalahan dan menghilangkan penyakit dari tubuh.” (HR. at Tirmidzi, Ahmad, al Baihaqi dan al Hakim).
Teladan paling agung dalam masalah ini adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri. Suatu hari… Atha’, ‘Ubaid bin Umair dan Abdullah bin Umar bertamu ke rumah Ummul Mukminin -Aisyah, salah satu istri Rasululloh tercinta. Abdullah bin Umar pun bertanya kepada ibunda Aisyah, “Wahai ibunda, dalam kehidupan Rasululloh, kejadian apakah yang paling menakjubkan ?.”
Ketika diingatkan dengan orang yang paling dicinta, Ummul Mukminin –Aisyah- tidak bisa menutupi kerinduannya kepada Rasululloh, suaminya tercinta. Ia menangis.., air mata berlinang membasahi pipinya. Teringat kepada Rasul mulia, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dan dengan sesenggukan isak tangisnya, ia menjawab, “Duhai saudaraku, semua kehidupan Rasululloh adalah menakjubkan.” “Baiklah. Akan aku ceritakan kisah yang paling menakjubkan dari beliau.” Lanjut ummul mukminin, Aisyah.
Dan dengan sesenggukan isak tangisnya, ia menjawab, “Duhai saudaraku, semua kehidupan Rasululloh adalah menakjubkan.” “Baiklah. Akan aku ceritakan kisah yang paling menakjubkan dari beliau.” Lanjut ummul mukminin, Aisyah.
“Pernah, suatu malam…., yaitu ketika malam giliranku, kami sudah berada di tempat pembaringan. Kulitku dan kulit beliau sudah bersentuhan. Namun.., beliau meminta izin kepadaku, “Duhai Aisyah, izinkanlah aku untuk beribadah kepada Rabb-ku.” Aku menjawab, “Wahai Rasululloh, aku ingin dekat denganmu, dan siap melayanimu.” Namun Rasululloh tetap ingin beribadah pada malam itu.
Beliau mengambil air wudhu, dan shalat. Bermunajat dan bersimpuh di hadapan Allah dengan penuh kekhusyukan. Ketika berdiri dalam shalatnya, beliau menangis dengan mata berlinang airmata. Ketika duduk beliau memuji Allah, kemudian menangis, dan air mata beliau yang suci membasahi hijrnya (tempat shalatnya). Dan ketika selesai shalat, beliau berbaring dengan posisi miring ke kanan dan meletakkan tangannya di bawah pipinya, beliau pun juga menangis, dan aku melihat airmata beliau membasahi bumi. Beliau melakukan shalat dan menangis seperti itu hingga Bilal bin Rabbah datang untuk mengumandangkan adzan yang pertama.
Kemudian Bilal berkata, “Shalat wahai Rasululloh.” Tetapi ketika melihat orang yang paling dicintainya menangis sedemikian rupa, Bilal bin Rabbah, shahabat yang menjadi mu’adzin beliau, juga menangis sesenggukan…, dan berkata dengan nada sedu-sedan,
Kemudian Bilal berkata, “Shalat wahai Rasululloh.” Tetapi ketika melihat orang yang paling dicintainya menangis sedemikian rupa, Bilal bin Rabbah, shahabat yang menjadi mu’adzin beliau, juga menangis sesenggukan…, dan berkata dengan nada sedu-sedan,
يَا رَسُوْلَ اللهِ لِمَ تَبْكِي وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ
Wahai Rasululloh, kenapa anda menangis…..padahal bukankah Allah sudah mengampuni dosa anda, baik yang telah lalu maupun yang terkemudian ?”
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab,
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab,
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur ?.” (Ibnu Hibban, no 620)
Subhanallah. Manusia mulia, yang ma’shum; terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas imannya dan paling tinggi takwanya saja masih senantiasa melaksanakan shalat malam dengan berlinang air mata. Maka kita, sebagai umat beliau, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di jannah nanti lebih pantas untuk memperbanyak ibadah kita kepada Allah Ta’ala.
Subhanallah. Manusia mulia, yang ma’shum; terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas imannya dan paling tinggi takwanya saja masih senantiasa melaksanakan shalat malam dengan berlinang air mata. Maka kita, sebagai umat beliau, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di jannah nanti lebih pantas untuk memperbanyak ibadah kita kepada Allah Ta’ala.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Jama’ah shalat iedul fitri yahdikumullah….,
Sifat orang bertakwa yang kedua adalah (وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ) “mereka beristighfar di waktu sahur.”
Waktu sahur adalah waktu yang penuh keutamaan, kemuliaan dan kebaikan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir, padahal Nabi kita tercinta pernah bersabda,
Jama’ah shalat iedul fitri yahdikumullah….,
Sifat orang bertakwa yang kedua adalah (وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ) “mereka beristighfar di waktu sahur.”
Waktu sahur adalah waktu yang penuh keutamaan, kemuliaan dan kebaikan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir, padahal Nabi kita tercinta pernah bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa akan aku kabulkan. Siapa yang meminta akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun akan Aku ampuni.”
Adakah yang kita harapkan selain ampunan dari Allah atas segala kesalahan dan dosa kita?
Para ulama’ menyebutkan bahwa taubat dan beristighfar dari dosa adalah wajib. Oleh karenanya Allah berfirman, “….dan siapa yang tidak bertaubat maka dia adalah orang yang zhalim.” (al-Hujuraat: 1). Orang yang tidak bertobat, tidak beristigfar dan tidak mau mengakui kesalahan dengan memohon ampunan Allah adalah orang zhalim. Pikirannya picik, karena tidak mau mengakui dosanya padahal Rasululloh pernah bersabda,
Para ulama’ menyebutkan bahwa taubat dan beristighfar dari dosa adalah wajib. Oleh karenanya Allah berfirman, “….dan siapa yang tidak bertaubat maka dia adalah orang yang zhalim.” (al-Hujuraat: 1). Orang yang tidak bertobat, tidak beristigfar dan tidak mau mengakui kesalahan dengan memohon ampunan Allah adalah orang zhalim. Pikirannya picik, karena tidak mau mengakui dosanya padahal Rasululloh pernah bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam adalah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang mau bertaubat.” (Ibnu Majah, no 4251)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah….
Adapun sifat yang ketiga adalah, (وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ) “ dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta. Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan.
Adapun sifat yang ketiga adalah, (وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ) “ dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta. Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan.
Sering kali kita bertanya, “Sedemikian pentingkah bersedekah sehingga Allah selalu mengulang perintah bersedekah ini dalam banyak ayat-Nya?”
Jawabannya adalah Ya. Allah memerintahkan kita untuk bersedekah karena kebaikannya akan kembali kepada diri kita. Allah berfirman, “Dan harta apa saja yang baik, yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri.” (al Baqarah : 272).
Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah….
Pada suatu hari, ada seseorang yang meninggal dunia. Dan ketika dipekuburan, ada seorang shalih bertanya kepada orang yang di sampingnya,
“Kamu tahu, apa yang diinginkan oleh si fulan yang sedang dikuburkan ini?”
“Ya.”
“Apa itu?”
“Ia pasti ingin dikembalikan ke dunia, agar bisa menambah pundi-pundi amal kebajikannya.”
“Kamu benar, tetapi itu tidak mungkin. Oleh karenanya, mumpung kita masih hidup dan diberi kesempatan oleh Allah mari kita memperbanyak amal shaleh kita.”
Tidak ada orang yang meninggal kecuali ia ingin kembali ke dunia; kalau ia orang baik, ia ingin kembali ke dunia untuk menambah amal shalihnya agar bisa meninggikan derajatnya di sisi Allah, sedang kalau ia orang fajir, ia juga ingin kembali ke dunia untuk beramal shaleh sebanyak-banyaknya agar bisa memperingan siksanya.
Sufyan bin Uyainah Rahimahullohv berkata,
Jawabannya adalah Ya. Allah memerintahkan kita untuk bersedekah karena kebaikannya akan kembali kepada diri kita. Allah berfirman, “Dan harta apa saja yang baik, yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri.” (al Baqarah : 272).
Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah….
Pada suatu hari, ada seseorang yang meninggal dunia. Dan ketika dipekuburan, ada seorang shalih bertanya kepada orang yang di sampingnya,
“Kamu tahu, apa yang diinginkan oleh si fulan yang sedang dikuburkan ini?”
“Ya.”
“Apa itu?”
“Ia pasti ingin dikembalikan ke dunia, agar bisa menambah pundi-pundi amal kebajikannya.”
“Kamu benar, tetapi itu tidak mungkin. Oleh karenanya, mumpung kita masih hidup dan diberi kesempatan oleh Allah mari kita memperbanyak amal shaleh kita.”
Tidak ada orang yang meninggal kecuali ia ingin kembali ke dunia; kalau ia orang baik, ia ingin kembali ke dunia untuk menambah amal shalihnya agar bisa meninggikan derajatnya di sisi Allah, sedang kalau ia orang fajir, ia juga ingin kembali ke dunia untuk beramal shaleh sebanyak-banyaknya agar bisa memperingan siksanya.
Sufyan bin Uyainah Rahimahullohv berkata,
أَّشَدُّ النَّاسِ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ
رَجُلٌ كَانَ لَهُ عَبْدٌ فَجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَفْضَلُ عَمَلًا مِنْهُ
وَرَجُلٌ لُهُ مَالٌ فَلَمْ يَتَصَدَّقْ مِنْهُ فَمَاتَ فَوَرَّثَهُ فَتَصَدَّقَ مِنْهُ
وَرَجُلٌ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ فَعَلَّمَ غَيْرَهُ فَانْتَفَعَ بِهِ
رَجُلٌ كَانَ لَهُ عَبْدٌ فَجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَفْضَلُ عَمَلًا مِنْهُ
وَرَجُلٌ لُهُ مَالٌ فَلَمْ يَتَصَدَّقْ مِنْهُ فَمَاتَ فَوَرَّثَهُ فَتَصَدَّقَ مِنْهُ
وَرَجُلٌ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ فَعَلَّمَ غَيْرَهُ فَانْتَفَعَ بِهِ
“Orang yang paling besar penyesalannya pada hari kiamat nanti ada tiga; yaitu,
1. Seorang tuan yang memiliki budak, namun ternyata pada hari kiamat nanti amal budaknya lebih baik daripada amalnya;
2. Orang yang memiki harta namun ia tidak menyedekahkannya, lalu ia meninggal dunia sehingga hartanya diwariskan kepada ahli warisnya dan mereka menyedekahkannya; dan
3. Seorang alim (berilmu) yang tidak mengamalkan ilmunya, lalu ia mengajarkan kepada orang lain sedang ia mengamalkannya.” ( Shifatush Shafwah : 2/235).
Dan terkhusus kepada segenap ibu-ibu dan semua kaum wanita…, kami berwasiat sebagaimana apa yang dinasehatkan oleh Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Setelah beliau menyampaikan khotbah Idul fitri, beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,
1. Seorang tuan yang memiliki budak, namun ternyata pada hari kiamat nanti amal budaknya lebih baik daripada amalnya;
2. Orang yang memiki harta namun ia tidak menyedekahkannya, lalu ia meninggal dunia sehingga hartanya diwariskan kepada ahli warisnya dan mereka menyedekahkannya; dan
3. Seorang alim (berilmu) yang tidak mengamalkan ilmunya, lalu ia mengajarkan kepada orang lain sedang ia mengamalkannya.” ( Shifatush Shafwah : 2/235).
Dan terkhusus kepada segenap ibu-ibu dan semua kaum wanita…, kami berwasiat sebagaimana apa yang dinasehatkan oleh Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Setelah beliau menyampaikan khotbah Idul fitri, beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ ، فَإِنِّى أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai segenap kaum wanita…, bersedekahlah, dan perbanyaklah istighfar karena aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”
وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Karena sebab apa wahai Rasululloh ?” tanya mereka.
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri pemberian suami.” Jawab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. (HR. Bukhari-Muslim).
Itulah tiga sifat orang bertakwa yang dijanjikan jannah oleh Allah Ta’ala. Jannah, Ma la ainun raat wa la udzunun sami’at wa la khathara ala qalbil basyar…., kenikmatan jannah, itu tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh sanubari manusia. Semoga kita dimudahkan, dan diberi taufik oleh Allah untuk mengamalkan amalan-amalan ahli jannah ini. Amin
Comments
Post a Comment