Ceramah Jum'at 10.08.2012 Mengenai Al-Qur’an
Musabaqoh Tilawatil Qur’an adalah suatu kegiatan keagamaan, yang ditujukan untuk menumbuhkan kecintaan kita pada Al-Qur’an, dan menimbulkan motivasi kita untuk membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an.
Kaum muslimin hendaknya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber informasi setiap hari. Adalah mengherankan apabila banyak kaum muslimin yang bisa meluangkan waktunya secara rutin untuk menonton televisi, membaca koran, tetapi merasa tidak punya waktu dan kesempatan untuk mempelajari, atau setidaknya membaca Al-Qur’an. Padahal tidak ada keraguan sedikitpun bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang Maha Benar, dan sumber ilmu yang tiada pernah kering.
Fakta sejarah telah menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan Al-Qur’an itu mudah untuk dipahami. Al-Qur’an inilah yang telah menyatukan golongan Suku Aus dan Khozroj di Madinah yang biasanya selalu bertikai, yang mempersaudarakan kaum muhajiri dan Kaum Anshor, yang menyatukan seluruh jazirah Arab, dan kemudian selama berabad-abad, telah memegang peranan penting dalam peradaban dunia.
Alhamdulillah, di abad 21 inipun Islam tetap menjadi agama yang paling pesat pertumbuhannya diseluruh benua. Bahkan setelah peristiwa Black September, 2001, Al-Qur’an menjadi best seller di Amerika dan di Negara-Negara Eropa. Dan pada akhirnya muncul banyak muallaf diluar negeri.
Al-Qur’an adalah mukjizat yang bersifat rohani, dan bukan bersifat fisik. Mukjizat Al-Qur’an tidaklah sama dengan mukjizat tongkat Nabi Musa AS, atau kemampuan Nabi Isa AS menghidupkan orang mati (dengan idzin Allah), atau juga mukjizat Nabi Ibrahim AS yang tidak bisa dibakar dengan api. Mukjizat – mukjizat tersebut bersifat fisik, yang akan menimbulkan kekaguman yang luar biasa bagi mereka yang melihatnya secara langsung. Akan tetapi mungkin tidak menimbulkan banyak kesan bagi yang tidak melihatnya secara langsung.
Al-Qur’an sebagai mukjizat yang bersifat rohani, akan dirasakan keagungannya dan berkahnya apabila dibaca, dipahami dan diamalkan oleh muslim dimanapun dia beradam dan kapanpun serta dalam kondisi apapun. Mukjizat yang bersifat rohani inilah yang lebih awet manfaatnya, dan akan tetap terjaga sebagaimana terjaganya Al-Qur’an itu sendiri.
Muslim yang membaca Al-Qur’an setiap hari akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Juga dalam hadist Nabi ditegaskan bahwa amalan yang paling baik adalah amalah yang dibiasakan. Bukan amalan yang dilakukan secara insidentil. Mempelajari Al-Qur’an ketika akan mengikuti MTQ, kemudian meninggalkannya setelah acara tersebut usai.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Yunus : 57)
Al Qur’an adalah dijadikan Allah sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit rohani yang diderita manusia. Penyakit-penyakit rohani tersebut antara lain :
1.Penyakit Kelemahan Iman Penyakit inilah yang membuat manusia kehilangan daya juang dalam hidupnya, tergoda untuk mencari jalan singkat (short cut) dalam meraih sukses, enggan bekerja keras, mengharapkan keberuntungan dan begitu mudah percaya pada tahayul dan ramalan.
Penyakit ini sudah begitu nyata melanda masyarakat Indonesia, dengan beberapa kasus nyata yang muncul. Misalnya ingin mendapatkan keuntungan secara cepat, seperti yang dilakukan oleh investor PT QSAR, Juga penggalian prasasti batu tulis dengan keyakinan ada banyak harta tertimbun disana.
Juga dengan mudah kita temukan sebagian masyarakat Indonesia yang tergoda untuk mendapatkah hadiah besar dengan mengikuti beberapa undian, kuis dan sebagainya, yang kadang-kadang menjurus kepada judi.
Al-Qur’an, sebagai satu-satunya referensi nilai bagi Kaum Muslimin, mengajarkan kita untuk
-berorientasi pada amal (atau kerja), dan bukan pada hasil. Dengan tegas Islam mengajarkan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah.
-bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan
-hanya melakukan pekerjaan yang bermanfaat, atau setidaknya manfaatnya lebih besar dari mudhorotnya
-menghindari pekerjaan yang tidak bermanfaat dan membuang-buang waku
Sungguhlah beruntung orang Islam yang mempunyai sifat sebagaimana tercantum dalam ayat ini
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat
(Al Mu’minuun 1 – 4)
2.Penyakit Rakus & Tamak
Penyakit rakus dan tamak ini adalah penyakit yang biasa melanda orang-orang yang hanya berorientasi pada kehidupan dunia, dan lupa akan kehidupan akherat. Al-Qur’an mengecam keras orang-orang yang bersifat rakus / bakhil ini, dan menganggap perbuatan bakhil adalah hal yang buruk.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat,…
(Ali Imron : 180)
Untuk mengalahkan penyakit bakhil dan rakus ini, Al-Qur’an mengajarkan ummatnya untuk :
-Menunaikan kewajiban zakat, bahkan dibolehkan mengambil zakat dari orang wajib zakat, apabila orang tersebut tidak mau membayarnya
-Selalu mensyukuri rahmat Allah, dan dilarang mengkufurinya
-Menjauhi riba, yang menimbulkan sifat tamak untuk memiliki harta yang banyak.
Riba, yang dalam pandangan manusia, akan mampu menambah jumlah harta, tetapi dalam pandangan Allah yang Maha benar, riba itu tidak menambah apa-apa. Sebaliknya Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang yang berzakat, sebagaimana tertera dalam ayat berikut :
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Ar Rum : 39)
3.Penyakit Mudah di Adu Domba
Penyakit hati inipun berkembang subur ditengah masyarakat Indonesia. Hilangnya rasa persatuan dan persaudaraan ditengah-tengah kaum muslimin, dan juga kecendurangan mengambil teman kepercayaan diluar kaum muslimin, telah menjadi fenomena yang biasa saat ini.
Kuatnya rasa kesukuan, kedaerahan, primordialisme, telah menjadi kain tebal yang menutup mata kita, sehingga tidak mampu lagi membedakan mana yang haq dan yang batil. Akhirnya yang muncul adalah rasa menang sendiri, dan menyalahkan pihak lain. Keadaan inilah yang menyebabkan hilangnya kekuatan kaum muslimin, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an :
Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
( Al Anfal : 46 )
Kondisi yang demikian ini telah secara jeli dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang ingin mengadu domba sesama kaum muslimin, dan mereka memang mereguk sukses besar di sini.
Seandainya kita mau kembali kepada Al-Qur’an, niscaya hal tersebut tidaklah akan terjadi, karena Al-Qur’an telah mengajarkan kita bahwasanya :
-Primordialisme dan kesukuan tidaklah mendatangkan keuntungan, karena derajat manusia diukur berdasarkan tingkat ketaqwaannya (al Hujurat : 13)
-Sesungguhnya Kaum mukmin itu bersaudara satu sama lain (Al Hujurat : 10), tidak ada kelebihan bangsa Arab dibandingin Non Arab, selain taqwanya, demikian juga sebaliknya
-Islam melarang kita untuk mengolok-olok kaum lainnya, karena bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok (Al Hujurot : 12)
-Islam menganjurkan kita untuk mempertebal tali silaturahim, saling tolong menolong dalam kebaikan dan muamalah, serta saling mendo’akan saudaranya dengan do’a yang tulus.
Begitu besar hikmah dan rahmat yang akan didapat oleh orang yang senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai referensei utamanya. Dengan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an secara istiqomah, insya Allah kita semua akan terhindar dari penyakit-penyakit hati tersebut.
\
Kaum muslimin hendaknya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber informasi setiap hari. Adalah mengherankan apabila banyak kaum muslimin yang bisa meluangkan waktunya secara rutin untuk menonton televisi, membaca koran, tetapi merasa tidak punya waktu dan kesempatan untuk mempelajari, atau setidaknya membaca Al-Qur’an. Padahal tidak ada keraguan sedikitpun bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang Maha Benar, dan sumber ilmu yang tiada pernah kering.
Fakta sejarah telah menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan Al-Qur’an itu mudah untuk dipahami. Al-Qur’an inilah yang telah menyatukan golongan Suku Aus dan Khozroj di Madinah yang biasanya selalu bertikai, yang mempersaudarakan kaum muhajiri dan Kaum Anshor, yang menyatukan seluruh jazirah Arab, dan kemudian selama berabad-abad, telah memegang peranan penting dalam peradaban dunia.
Alhamdulillah, di abad 21 inipun Islam tetap menjadi agama yang paling pesat pertumbuhannya diseluruh benua. Bahkan setelah peristiwa Black September, 2001, Al-Qur’an menjadi best seller di Amerika dan di Negara-Negara Eropa. Dan pada akhirnya muncul banyak muallaf diluar negeri.
Al-Qur’an adalah mukjizat yang bersifat rohani, dan bukan bersifat fisik. Mukjizat Al-Qur’an tidaklah sama dengan mukjizat tongkat Nabi Musa AS, atau kemampuan Nabi Isa AS menghidupkan orang mati (dengan idzin Allah), atau juga mukjizat Nabi Ibrahim AS yang tidak bisa dibakar dengan api. Mukjizat – mukjizat tersebut bersifat fisik, yang akan menimbulkan kekaguman yang luar biasa bagi mereka yang melihatnya secara langsung. Akan tetapi mungkin tidak menimbulkan banyak kesan bagi yang tidak melihatnya secara langsung.
Al-Qur’an sebagai mukjizat yang bersifat rohani, akan dirasakan keagungannya dan berkahnya apabila dibaca, dipahami dan diamalkan oleh muslim dimanapun dia beradam dan kapanpun serta dalam kondisi apapun. Mukjizat yang bersifat rohani inilah yang lebih awet manfaatnya, dan akan tetap terjaga sebagaimana terjaganya Al-Qur’an itu sendiri.
Muslim yang membaca Al-Qur’an setiap hari akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Juga dalam hadist Nabi ditegaskan bahwa amalan yang paling baik adalah amalah yang dibiasakan. Bukan amalan yang dilakukan secara insidentil. Mempelajari Al-Qur’an ketika akan mengikuti MTQ, kemudian meninggalkannya setelah acara tersebut usai.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Yunus : 57)
Al Qur’an adalah dijadikan Allah sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit rohani yang diderita manusia. Penyakit-penyakit rohani tersebut antara lain :
1.Penyakit Kelemahan Iman Penyakit inilah yang membuat manusia kehilangan daya juang dalam hidupnya, tergoda untuk mencari jalan singkat (short cut) dalam meraih sukses, enggan bekerja keras, mengharapkan keberuntungan dan begitu mudah percaya pada tahayul dan ramalan.
Penyakit ini sudah begitu nyata melanda masyarakat Indonesia, dengan beberapa kasus nyata yang muncul. Misalnya ingin mendapatkan keuntungan secara cepat, seperti yang dilakukan oleh investor PT QSAR, Juga penggalian prasasti batu tulis dengan keyakinan ada banyak harta tertimbun disana.
Juga dengan mudah kita temukan sebagian masyarakat Indonesia yang tergoda untuk mendapatkah hadiah besar dengan mengikuti beberapa undian, kuis dan sebagainya, yang kadang-kadang menjurus kepada judi.
Al-Qur’an, sebagai satu-satunya referensi nilai bagi Kaum Muslimin, mengajarkan kita untuk
-berorientasi pada amal (atau kerja), dan bukan pada hasil. Dengan tegas Islam mengajarkan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah.
-bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan
-hanya melakukan pekerjaan yang bermanfaat, atau setidaknya manfaatnya lebih besar dari mudhorotnya
-menghindari pekerjaan yang tidak bermanfaat dan membuang-buang waku
Sungguhlah beruntung orang Islam yang mempunyai sifat sebagaimana tercantum dalam ayat ini
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat
(Al Mu’minuun 1 – 4)
2.Penyakit Rakus & Tamak
Penyakit rakus dan tamak ini adalah penyakit yang biasa melanda orang-orang yang hanya berorientasi pada kehidupan dunia, dan lupa akan kehidupan akherat. Al-Qur’an mengecam keras orang-orang yang bersifat rakus / bakhil ini, dan menganggap perbuatan bakhil adalah hal yang buruk.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat,…
(Ali Imron : 180)
Untuk mengalahkan penyakit bakhil dan rakus ini, Al-Qur’an mengajarkan ummatnya untuk :
-Menunaikan kewajiban zakat, bahkan dibolehkan mengambil zakat dari orang wajib zakat, apabila orang tersebut tidak mau membayarnya
-Selalu mensyukuri rahmat Allah, dan dilarang mengkufurinya
-Menjauhi riba, yang menimbulkan sifat tamak untuk memiliki harta yang banyak.
Riba, yang dalam pandangan manusia, akan mampu menambah jumlah harta, tetapi dalam pandangan Allah yang Maha benar, riba itu tidak menambah apa-apa. Sebaliknya Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang yang berzakat, sebagaimana tertera dalam ayat berikut :
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Ar Rum : 39)
3.Penyakit Mudah di Adu Domba
Penyakit hati inipun berkembang subur ditengah masyarakat Indonesia. Hilangnya rasa persatuan dan persaudaraan ditengah-tengah kaum muslimin, dan juga kecendurangan mengambil teman kepercayaan diluar kaum muslimin, telah menjadi fenomena yang biasa saat ini.
Kuatnya rasa kesukuan, kedaerahan, primordialisme, telah menjadi kain tebal yang menutup mata kita, sehingga tidak mampu lagi membedakan mana yang haq dan yang batil. Akhirnya yang muncul adalah rasa menang sendiri, dan menyalahkan pihak lain. Keadaan inilah yang menyebabkan hilangnya kekuatan kaum muslimin, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an :
Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
( Al Anfal : 46 )
Kondisi yang demikian ini telah secara jeli dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang ingin mengadu domba sesama kaum muslimin, dan mereka memang mereguk sukses besar di sini.
Seandainya kita mau kembali kepada Al-Qur’an, niscaya hal tersebut tidaklah akan terjadi, karena Al-Qur’an telah mengajarkan kita bahwasanya :
-Primordialisme dan kesukuan tidaklah mendatangkan keuntungan, karena derajat manusia diukur berdasarkan tingkat ketaqwaannya (al Hujurat : 13)
-Sesungguhnya Kaum mukmin itu bersaudara satu sama lain (Al Hujurat : 10), tidak ada kelebihan bangsa Arab dibandingin Non Arab, selain taqwanya, demikian juga sebaliknya
-Islam melarang kita untuk mengolok-olok kaum lainnya, karena bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok (Al Hujurot : 12)
-Islam menganjurkan kita untuk mempertebal tali silaturahim, saling tolong menolong dalam kebaikan dan muamalah, serta saling mendo’akan saudaranya dengan do’a yang tulus.
Begitu besar hikmah dan rahmat yang akan didapat oleh orang yang senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai referensei utamanya. Dengan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an secara istiqomah, insya Allah kita semua akan terhindar dari penyakit-penyakit hati tersebut.
\
Comments
Post a Comment